Jumat, 23 Desember 2011

Sebuah Militansi yang Hilang

Sebuah harapan besar bagi bangsa Indonesia adalah menjadi bangsa yang maju dan terdepan di segala bidang. Tentu hal ini bukanlah sebuah impian kecil yang mudah dicapai. Ini adalah impian orang-orang besar yang siap bekerja dan berkontribusi nyata. Tak sekedar kata-kata atau retorika seorang pemimpin, karena jika karena itu mungkin impian ini tak kan pernah ada. Impian ini adalah sebuah visi besar bangsa Indonesia. Butuh misi yang harus dijalankan. Memerlukan para pejuang yang siap bekerja hingga titik darah penghabisan.

Berbicara mengenai mimpi, harus berbicara pada orang yang terbangun. Ya, karena ia akan berusaha merealisasikan mimpinya itu. Sebaliknya, orang yang tertidur hanya beranggapan bahwa mimpi itu bunga tidurnya, tak perlu realisasi. Pada akhirnya, sebuah mimpi hanya bisa dibangun dan dibuat menjadi kenyataan hanya oleh segelintir orang, tapi bukan oleh orang-orang yang berkerumun tak beraturan, sebab mereka hanya seperti buih di lautan. Orang-orang itu haruslah teruji kualitas dan komitmen perjuangannya. Haruslah berdikari. Tak bergantung pada rekannya, apalagi musuhnya. Ia senantiasa berusaha bangkit ketika jatuh. Selalu berorientasi pada tujuannya. Menuju sebuah arah yang pasti ujungnya. Orang-orang tersebut haruslah memiliki militansi yang kuat terhadap bangsanya. Ya, sebuah militansi yang kuat. Itulah yang kini dibutuhkan bangsa Indonesia.



Menurut bahasa aslinya, militansi berarti melayani atau mengabdi laiknya seorang tentara. Artinya, bangsa Indonesia membutuhkan pejuang-pejuang yang siap mengabdi bagaikan tentara. Siap berkorban untuk bangsanya. Oleh sebab itu, mengartikan militan sebagai teroris (sebagaimana yang banyak orang pahami saat ini) tidaklah tepat. Saya memaknai kata ini sebagai orang yang memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan apa yang diyakininya. Bahkan siap mengorbankan harta dan jiwanya. Siapa yang meragukan militansi Bung Karno dan Bung Hatta? Mereka rela berkorban dengan harta dan jiwa untuk mengusir penjajah. Daya juang mereka seperti tak habis dimakan usia. Begitupun dengan Jenderal Besar Sudirman. Meskipun ke mana-mana harus ditandu, tak sedikitpun semangatnya surut untuk memipin gerilya.

Dalam sebuah bukunya, A. Riawan Amin mengatakan bahwa militansi semacam inilah yang menggetarkan dada penjajah. Sehingga dalam pandangan mereka, orang-orang militan tak ubahnya ekstremis atau sponsor kekerasan. Bagi penjajah, Bung Karno adalah ekstremis. Namun, bagi Indonesia, ia pahlawan. Mahatma Gandhi bagi penjajah Inggris adalah ekstremis. Tapi bagi India, dan bahkan dunia, ia ikon perjuangan dan seorang militan sejati.

Dan dalam artikel A. Riawan Amin yang sempat dimuat di Koran Tempo (24 Maret 2007), beliau menegaskan bahwa seorang militan paling tidak memiliki tiga ciri. Pertama, ia seorang aktivis. Ia melihat problem dan tampil untuk menyelesaikannya. Semakin jarang kita lihat anak-anak bangsa yang tergerak menjadi aktivis sejati. Seorang pejuang yang memberikan teladan hidup bersih dan sederhana.

Kedua, seorang militan tak pernah berhenti berjuang. Ia tahu betul bahwa kemenangan adalah hasil perjuangan panjang. Ketiga, seorang militan memiliki strong leadership (kepemimpinan yang kuat) dan visioner. Hanya dengan leadership yang kuat, ia bisa mengelola dan berani menentang segala intervensi yang merugikan rakyat. Pemimpin yang visioner mampu melihat ke depan, berfokus, konsisten pada tujuan, dan berorientasi hasil (result-oriented) dengan tetap mempertimbangkan cara-cara yang benar untuk mencapainya.

Jika seorang pemuda, atau mereka yang mengaku pejuang bangsa memiliki militansi yang kuat semacam ini maka tidaklah mustahil Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan mengalami perubahan signifikan ke arah kemajuan. Sebab semangat militansi tak pelak sangat vital untuk terus mengobarkan api perjuangan bangsa. Temukanlah militansi itu. Militansi perjuangan membangun peradaban Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket

Kata Bijak

"Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang." (Imam Syafi'i)
 
Copyright (c) 2010 Jalan Perjuangan and Powered by Blogger.